Jakarta, GayaTekno.id – Dalam upaya memahami kesejahteraan manusia di era digital, Garmin bekerja sama dengan tim peneliti dari Universitas Harvard dan Universitas Oxford mengumumkan temuan awal studi global bertajuk Health and Happiness Study.
Penelitian ini menggabungkan data dari smartwatch Garmin dan smartphone untuk mengungkap faktor-faktor yang memengaruhi kebahagiaan, dengan implikasi potensial bagi kebijakan publik hingga pengembangan teknologi kesehatan.
Temuan Awal
Setelah tahap uji coba di Lugano Happiness Forum (Swiss) pada Juni 2024, studi ini telah melibatkan lebih dari 10.000 peserta global dan mengidentifikasi beberapa pola menarik:
Korelasi Tidur dan Olahraga dengan Kebahagiaan
Data dari smartwatch Garmin menunjukkan bahwa partisipan yang rutin beraktivitas fisik (seperti lari, bersepeda, atau latihan kekuatan) dan memiliki kualitas tidur baik (7-9 jam per malam) cenderung lebih bahagia dan lebih rendah tingkat stresnya.
Stabilitas Emosional Terkait Usia
Orang dewasa di atas 50 tahun menunjukkan stabilitas emosional lebih konsisten, sementara kelompok usia muda (18-30 tahun) mengalami fluktuasi emosi lebih tinggi.
Peneliti dalam riset ini menduga hal ini terkait tekanan pekerjaan, dinamika sosial, atau transisi hidup.
Momen Paling Bahagia: Saat Bersosialisasi
Responden melaporkan puncak kebahagiaan ketika melakukan aktivitas sosial seperti makan bersama keluarga, berkumpul dengan teman, atau menghadiri acara budaya.
Temuan ini sejalan dengan riset sebelumnya yang menyebut interaksi sosial sebagai penangkal stres.
Partisipasi Tinggi Berkat Teknologi Wearable
Studi ini mencatat tingkat retensi peserta hingga 85%, jauh lebih tinggi daripada penelitian serupa. Peneliti menyebut smartwatch Garmin yang dibekali dengan sensor akurat, baterai tahan lama (hingga 23 hari), dan desain nyaman, memudahkan partisipan untuk tetap konsisten memantau aktivitas.
Untuk memetakan kebahagiaan, tim peneliti menggunakan pendekatan hybrid. Smartwatch Garmin digunakan untuk mengukur aktivitas fisik, detak jantung, kualitas tidur, dan tingkat stres melalui sensor seperti Elevate V4.
Survei dilakukan secara real-time dengan repetisi tiga kali sehari. Peserta mendapat notifikasi di smartphone untuk melaporkan tingkat kebahagiaan, aktivitas, dan emosi saat itu.
Selanjutnya, data fisiologis dari Garmin dikombinasikan dengan laporan subjektif peserta, menghasilkan gambaran holistik tentang faktor pendorong kesejahteraan.
“Ini pertama kalinya kami menggabungkan data sensor berkualitas tinggi dari wearable dengan respons emosional langsung. Hasilnya memberi kami peta lengkap tentang bagaimana kebahagiaan dipengaruhi oleh gaya hidup,” ujar Micah Kaats, Peneliti Utama dari Harvard University.
Peran Garmin: Dari Teknologi Wearable ke Kebijakan Kesehatan
Sebagai penyedia eksklusif smartwatch dalam studi ini, Garmin tidak hanya menyumbang perangkat, tetapi juga infrastruktur data melalui API/SDK Garmin Health.
Fitur seperti Body Battery (pengukur energi tubuh), Stress Tracking, dan Sleep Score menjadi kunci dalam mengukur variabel kesehatan.
“Kolaborasi ini memperkuat posisi Garmin sebagai mitra riset terpercaya di lebih dari 1.000 studi klinis. Teknologi kami dirancang untuk memberikan data yang akurat dan mudah diintegrasikan, baik untuk peneliti maupun pengembang aplikasi kesehatan,” tegas Susan Lyman, Wakil Presiden Pemasaran Garmin.
Temuan ini tidak hanya relevan untuk pengembangan fitur smartwatch masa depan, tetapi juga dapat menjadi acuan dalam merancang program kesehatan masyarakat.
Studi Health and Happiness dari Tahun unumasih terbuka untuk partisipan dari seluruh dunia. Syaratnya sederhana:
- Memiliki smartwatch Garmin (seri Forerunner, Venu, atau Vivoactive).
- Bersedia mengisi survei singkat 3x/hari via smartphone.
- Berkomitmen selama 6-12 bulan.
Bagi yang tertarik, pendaftaran bisa dilakukan melalui situs resmi Garmin Health. Peserta akan mendapat laporan berkala tentang kebiasaan hidup dan rekomendasi personalisasi untuk meningkatkan kesejahteraan.
Berikan Komentar