Investor Antusias Nantikan Pemangkasan BI Rate dan Kebijakan Pro-Pasar di Tengah Gejolak Global

Mirae asset sekuritas

Jakarta, GayaTekno.id – Pelaku pasar modal Indonesia sedang menantikan momen pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) serta kebijakan pemerintah yang lebih pro-pasar untuk mengoptimalkan iklim investasi.

Dalam acara Media Day: March 2025 pada Rabu (13/3/2025), PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia mengungkapkan analisis terbaru mengenai peluang kebijakan moneter dan strategi investasi di tengah ketidakpastian global.

Rully Arya Wisnubroto, Head of Research & Chief Economist Mirae Asset, menyatakan bahwa ruang untuk menurunkan BI Rate masih terbuka.

Fundamental ekonomi Indonesia dinilai kuat, didukung cadangan devisa yang stabil (US$140 miliar per Februari 2025) dan inflasi yang terkendali di kisaran 3,1% (yoy).

“Maret 2025 adalah waktu ideal untuk pemotongan suku bunga. Kuartal II akan diwarnai repatriasi dividen perusahaan asing yang meningkatkan permintaan dolar AS, sehingga BI mungkin menunda pemangkasan hingga Kuartal III,” jelas Rully.

Repatriasi dividen, yaitu proses pengembalian laba perusahaan asing ke negara induk, bisa menekan nilai tukar rupiah jika tidak diimbangi kebijakan tepat.

Namun, Rully optimistis tekanan tersebut dapat diminimalkan berkat perpanjangan kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE).

Aturan ini mewajibkan eksportir menahan devisa hasil ekspor di dalam negeri selama setahun, membantu stabilisasi rupiah di kisaran Rp 16.300/US$ dalam 30 hari terakhir.

Selain DHE, pemerintah telah meluncurkan beberapa kebijakan untuk menjaga daya beli masyarakat dan stabilitas makroekonomi, termasuk insentif tarif listrik 50% pada Januari-Februari 2025 dan subsidi tarif pesawat ekonomi selama musim mudik Lebaran.

Kebijakan ini dinilai efektif meredam inflasi dan mendorong konsumsi domestik. Namun, pelaku pasar masih menunggu langkah lebih progresif, terutama kebijakan pro-pasar untuk meningkatkan kepercayaan investor.

Isu ini semakin relevan menyusul eskalasi Perang Dagang AS-China 2.0 yang digaungkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada awal tahun ini.

Sage Club

Secara terpisah, Marcia Gunawan selaku Head of Priority Wealth Management Mirae Asset, menawarkan Sage Club sebagai sebuah solusi.

Sage Club merupakan layanan wealth management eksklusif bagi nasabah High Net Worth Individual (HNWI) dengan portofolio minimal Rp 3 miliar.

Layanan ini dirancang untuk membantu investor menghadapi gejolak pasar melalui tiga pilar, yaitu:

  • Manajemen Portofolio: Diversifikasi instrumen saham, obligasi, dan reksa dana dengan analisis risiko real-time.
  • Solusi Investasi Kustom: Rekomendasi berbasis profil risiko dan tujuan finansial unik nasabah (tailored service).
  • Komunitas Eksklusif: Akses ke Relationship Manager, diskon fee transaksi, dan aplikasi pemantau kekayaan terintegrasi.

“Di tengah fluktuasi pasar seperti sekarang, nasabah Sage Club mendapat pembaruan informasi mendalam dan arahan intensif dari tim ahli kami,” ujar Marcia.

Proyeksi 2025: Antara Peluang dan Tantangan

Dengan segala potensi yang ada, Mirae Asset menilai tahun 2025 akan menjadi tahun penuh ujian bagi pasar modal Indonesia.

Pemangkasan BI Rate, kebijakan pro-pasar, dan stabilitas rupiah adalah kunci untuk menarik investor asing.

Sementara itu, layanan seperti Sage Club menjadi alternatif bagi investor lokal untuk mengoptimalkan portofolio di tengah ketidakpastian global.

Dengan kombinasi kebijakan tepat dan strategi investasi cerdas, Indonesia berpeluang menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di kisaran 5,2% hingga 5,5% tahun ini.

Namun, semua pihak harus waspada terhadap risiko eksternal seperti Perang Dagang 2.0 dan volatilitas harga komoditas global.

Ronald Bastian
Jika kamu tak mampu meyakinkan dan memukau orang dengan kepintaranmu, bingungkan dia dengan kebodohanmu.