Tangerang, GayaTekno.id – Perlahan tapi pasti, gelombang artificial intelligence (AI) mulai mengubah wajah bisnis global.
Berdasarkan laporan terbaru NTT Data Global GenAI, teknologi kecerdasan buatan generatif (GenAI) diprediksi akan mengubah lanskap bisnis global secara revolusioner.
Di Indonesia, antusiasme terhadap AI mencapai puncaknya: 97% CEO yakin teknologi ini akan memberi dampak signifikan, sementara 99% organisasi bersiap meningkatkan investasi dalam dua tahun ke depan.
Dalam survei tersebut, sektor teknologi informasi Indonesia sedang mengalami percepatan yang luar biasa, karena didorong oleh kebijakan pemerintah yang agresif dalam transformasi digital, termasuk otomatisasi industri dan perluasan infrastruktur digital.
Selain itu, populasi muda (54% berusia di bawah 30 tahun) yang melek teknologi dan menjadi penggerak ekonomi digital. Implementasi GenAI juga mengalami lonjakan permintaan layanan cloud, keamanan siber, dan analitik data.
Sektor seperti logistik, kesehatan, dan manufaktur menjadi pionir adopsi AI, dengan harapan meningkatkan efisiensi operasional dan pengalaman pelanggan.
Menurut Hendra Lesmana, CEO NTT DATA Indonesia, keberhasilan strategi AI bergantung pada integrasi mendalam dengan tujuan bisnis dan budaya perusahaan.
“Di Asia Pasifik, Indonesia adalah pasar TI dengan pertumbuhan dua digit tertinggi. Ini saatnya AI mendefinisikan ulang cara bisnis beroperasi,” tegas Hendra di kawasan BSD Tangerang pada Kamis (13/3/2025).
Meski tingkat optimisme cukup tinggi, laporan NTT DATA mengungkap tiga tantangan kritis yang menghubungkan adanya peluang dan tantangan.
Hal paling utama, tentu terkait keamanan dan privasi. 45% Chief Information Security Officers (CISO) mengaku kewalahan menghadapi perkembangan GenAI yang terlalu cepat, sehingga kerangka tata kelola yang kuat menjadi kebutuhan mendesak.
Kedua, keraguan manfaat. 80% eksekutif masih ragu apakah GenAI benar-benar memberikan nilai tambah bagi operasional mereka. Hanya 43% yang puas dengan solusi GenAI saat ini.
Terakhir, inovasi bertanggung jawab. Perlunya prioritas pada etika, keberlanjutan, dan transparansi dalam pengembangan AI.
Tantangan ini mengisyaratkan bahwa adopsi AI tidak boleh hanya sekadar “ikut tren”, tetapi memerlukan pendekatan terukur dan berkelanjutan.
Kolaborasi dan Inovasi: Kunci Membuka Potensi AI
Sebagai respons terhadap tantangan tersebut, NTT Data menggandeng mitra teknologi seperti Cisco, Google Cloud, Microsoft, dan AWS untuk menawarkan solusi komprehensif.
Dengan investasi riset tahunan mencapai USD 3,6 miliar, perusahaan ini mengembangkan kerangka transformasi berbasis AI yang mencakup optimalisasi infrastruktur TI, peningkatan keamanan siber dan integrasi kecerdasan data ke dalam aplikasi bisnis.
“Kolaborasi dengan pemain teknologi global memungkinkan kami menghadirkan inovasi yang tidak hanya canggih, tetapi juga aman dan sesuai kebutuhan pasar Indonesia,” tambah Hendra.
Di sisi lain, laporan ini memberikan pesan tegas, yakni perusahaan yang lambat mengintegrasikan AI berisiko tergerus dalam kompetisi digital.
Dalam tiga tahun ke depan, organisasi yang mengadopsi AI secara strategis akan unggul dalam hal yang mencakup efisiensi operasional melalui otomatisasi, keputusan berbasis data yang lebih akurat, dan responsivitas terhadap perubahan pasar.
Maka dari itu, transformasi AI bukan hanya tentang teknologi, tetapi juga kesiapan budaya organisasi, kepemimpinan visioner, dan komitmen pada inovasi bertanggung jawab.
Bagi Indonesia, momentum ini adalah peluang emas untuk menjadi pemain utama di panggung ekonomi digital Asia.
“Dengan AI, kita bisa menciptakan ekosistem bisnis yang lebih gesit, efisien, dan siap menghadapi masa depan,” pungkas Hendra.
Berikan Komentar