Review Film Dirty Angels, Fenimisme Dari Konflik Perang

Review film Dirty Angels

Jakarta, GayaTekno.id – Di tengah gempuran film keluarga yang beredar di awal tahun ini, bioskop tanah air kedatangan sebuah tayangan baru yang berjudul Dirty Angels.

Di belakang layar, sutradara Martin Campbell mengemas film terbaru ini dalam durasi 104 menit. Sebelum menggarap Dirty Angels, sang sutradara terlebih dahulu dikenal melalui karyanya seperti “Casino Royale” dan “The Legend of Zorro”.

Sedangkan Martin Campbell dan Jonas McCord berkolaborasi untuk mematangkan skenario film agar bisa menarik atensi para penonton.

Sinopsis film Dirty Angels berpusat pada karakter Jake yang dimainkan oleh aktris cantik Eva Green. Alkisah, Jake merupakan seorang mantan tentara pasukan khusus yang mengalami trauma setelah menjalani beberapa misi berbahaya di medan perang.

Alur cerita film Dirty Angels dimulai pada tahun 2021 di Afghanistan. Kala itu, Jake, seorang Marinir, ditangkap dan misi penyelamatannya gagal, menyebabkan kematian banyak tentara.

Di masa kini, Jake ditugaskan untuk menyelamatkan sekelompok siswi Pakistan yang diculik oleh militan di Afghanistan. Misi ini dilakukan dengan menyamar sebagai misi kemanusiaan yang membutuhkan 60% wanita.

Jake memimpin tim operasi rahasia yang terdiri dari mantan tentara perempuan dari berbagai latar belakang. Tim ini termasuk The Bomb (Maria Bakalova), Medic (Ruby Rose), Tech (Jojo T. Gibbs), dan lainnya. Mereka harus menyamar sebagai petugas medis yang memberikan bantuan di wilayah konflik.

Eva green dirty angels

Konflik utama dalam “Dirty Angels” adalah misi penyelamatan yang penuh bahaya dan tantangan. Jake dan timnya harus menghadapi berbagai ancaman, termasuk ranjau, penembak jitu, dan pengkhianatan dari dalam.

Alur cerita film dirty angels

Ketegangan meningkat ketika salah satu anggota tim terbunuh dalam baku tembak dengan militan, membuat misi semakin sulit secara emosional dan fisik.

Selain ancaman fisik, Jake juga harus menghadapi masa lalunya yang kelam, termasuk rasa bersalah atas kematian rekan-rekannya dalam misi sebelumnya.

Dia juga harus mempertanyakan moralitas misi ini, apakah mereka menyelamatkan nyawa demi kemanusiaan, atau hanya sebagai alat politik?.

Nurani Jake juga harus bergejolak karena sisi feminis dirinya yang naif karena berasumsi harus diakhiri tanpa pengorbanan dari rekan-rekannya di medan pertempuran.

Di sisi lain, Dirty Angels adalah film yang menggabungkan aksi yang menegangkan dengan cerita emosional yang mendalam.

Eva Green memberikan penampilan yang kuat sebagai Jake, seorang pemimpin yang keras namun penuh dengan kemanusiaan. Karakternya yang gelap dan brooding membawa penonton melalui perjalanan emosional yang intens.

Sinopsis film Dirty Angels

Film ini menyoroti isu-isu global seperti hak perempuan, pengungsi perang, dan kebrutalan konflik bersenjata. Jake dan timnya tidak hanya menghadapi ancaman dari musuh, tetapi juga dari trauma mereka sendiri, yang mempengaruhi keputusan mereka sepanjang misi.

Meskipun film ini kurang dalam elemen humor, yang sering kali membantu mengangkat film aksi terbaik, Dirty Angels tetap menjadi tontonan yang menghibur dengan banyak plot twist yang mengejutkan.

Sutradara Martin Campbell berhasil menghadirkan film yang penuh dengan aksi dan ketegangan, serta akhir yang memuaskan.

Maka dari itu, Dirty Angels adalah film aksi yang lebih dari sekadar ledakan dan baku tembak. Setiap adegan dalam film ini mampu membawa penonton pada perjalanan emosional yang menyentuh, menampilkan karakter perempuan yang kuat di tengah konflik yang kejam.

Jadi, jika harus review film Dirty Angels, bisa dibilang film ini menyatukan kisah tentang keberanian, pengorbanan, dan kemanusiaan di tengah kekacauan perang dari sudut pandang perempuan.

Namun perlu diingat, Dirty Angels hanyalah sebuah tayangan. Hindari propaganda Amerika Serikat yang dalam film ini, karena menyudutkan agama tertentu.

Tivan Rahmat
The advance of technology is based on making it fit in so that you don't really even notice it, so it's part of everyday life