Review Film The Bayou, Absurd!

Review film The Bayou

Jakarta, GayaTekno.id – Film thriller yang mengangkat tema hewan pembunuh rasanya sudah tidak asing di benak para penggemar film layar lebar.

Maka dari itu, duo sutradara Taneli Mustonen dan Brad Watson berupaya untuk menyajikan tayangan berbeda melalui film The Bayou.

Lantas, apakah film berdurasi sekitar 90 menitan ini berhasil menyajikan sesuatu yang berbeda dari kebanyakan film bertema hewan pembunuh? Simak ulasannya dalam review film The Bayou (2025) berikut ini.

Sinopsis Film The Bayou

Alur cerita film The Bayou menceritakan tentang perjalanan liburan yang berubah menjadi bencana bagi sekelompok teman yang berhasil lolos dari kecelakaan pesawat di kawasan Louisiana Everglades.

Namun, mereka harus menghadapi ancaman yang lebih berbahaya yang menunggu di sepanjang hutan lembap yang penuh dengan rawa.

Dengan latar yang menyeramkan dan plot yang penuh ketegangan, The Bayou sebenarnya menghadirkan pengalaman menegangkan bagi para penonton.

Untuk casting, The Bayou dibintangi oleh Athena Strates yang memerankan Kyle, seorang lulusan dari Houston yang menjadi protagonis utama.

Selain itu, ada pula Elisha Applebaum yang mendalami karakter Malika; Madalena Aragão sebagai Alice, David Newman sebagai Rufus; Isabelle Bonfrer sebagai Zoe; Andonis Anthony sebagai Frank; Tayla Kovacevic sebagai Dom; dan Mohammed Mansaray sebagai Sam.

Sebenarnya, para pemeran ini berhasil menghidupkan karakter-karakter mereka dengan baik, membuat penonton merasa terlibat dalam perjalanan menantang yang mereka alami.

Namun sayangnya, visualisasi dari skenario yang dibuat oleh Ashley Holberry, Gavin Cosmo, dan Mehrtens meninggalkan banyak kejanggalan yang absurd dan sulit diterima dengan logika.

Sinopsis film the Bayou

Contoh paling mencolok, ada pada karakter Kyle. Meski asal usul pendidikan akademis Kyle tidak diceritakan mendetail dalam film, Tiba-tiba dirinya menjadi sosok jagoan yang mengetahui ilmu medis, sekaligus pawang bagi hewan buas.

Lalu dari visual efek yang digunakan. Jujur saja, efek CGI sebagai pengganti buaya raksasa nan haus darah juga cenderung kasar. Tapi hal itu sebenarnya bisa dimaklumi, mungkin budget untuk film ini terbilang minim.

Sedikit beruntung, latar adegan-adegan yang menggunakan efek visual bernuansa gelap, sehingga bisa menyamarkan kekurangan tersebut.

Beralih ke efek audio, efek suara yang dipilih cukup bijaksana karena timing yang tepat waktu membantu menambah ketegangan dan emosi dalam film ini.

Pada dasarnya, film ini cukup absurd. Alih-alih menawarkan konsep thriller yang berbeda, namun lemahnya skenario membuat karakter dalam film ini kurang berkembang. Selain itu, ending yang klise juga menambah nilai minor pada film The Bayou.

Tivan Rahmat
The advance of technology is based on making it fit in so that you don't really even notice it, so it's part of everyday life