Peneliti Sukses Bikin Fermentasi Miso di Stasiun Luar Angkasa ISS

miso luar angkasa

Jakarta, GayaTekno.id – Para ilmuwan telah mencapai tonggak sejarah dengan berhasil melakukan fermentasi miso di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).

Untuk pertama kalinya, mereka berhasil melakukan proses fermentasi makanan dengan sengaja dilakukan di luar angkasa.

Keberhasilan ini membuka peluang baru untuk diversifikasi menu makanan bagi astronot dalam misi jangka panjang, serta memberikan wawasan tentang bagaimana lingkungan luar angkasa mempengaruhi proses fermentasi.

Miso: Kondimen Tradisional Jepang

Miso adalah pasta fermentasi yang berasal dari Jepang, dibuat dengan mencampurkan kedelai matang, garam, dan koji, kultur jamur Aspergillus oryzae yang biasanya tumbuh pada beras atau barley.

Proses fermentasi ini dapat berlangsung dari beberapa bulan hingga beberapa tahun, menghasilkan pasta dengan rasa umami yang kaya, sering digunakan dalam sup, saus, dan berbagai hidangan lainnya.

Tantangan Nutrisi di Luar Angkasa

Astronot sering mengalami penurunan nafsu makan selama berada di luar angkasa, meskipun makanan telah disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi mereka.

Perubahan persepsi rasa akibat kondisi mikrogravitasi diduga menjadi salah satu penyebabnya. Astronot melaporkan penurunan indera penciuman dan perasa, sehingga mereka lebih menyukai makanan yang asin, pedas, dan kaya umami.

Makanan fermentasi seperti miso dapat memberikan variasi rasa yang diinginkan serta manfaat probiotik yang mendukung kesehatan pencernaan.

Eksperimen Fermentasi di ISS

Pada Maret 2020, tim peneliti mengirimkan wadah kecil berisi “calon miso” dengan kadar koji tinggi dan garam rendah ke ISS untuk difermentasi selama 30 hari.

Dua batch miso lainnya difermentasi di Bumi sebagai kontrol: satu di Cambridge, Massachusetts, AS, dan lainnya di Kopenhagen, Denmark.

Selama fermentasi, sensor lingkungan memantau suhu, kelembaban, tekanan, dan tingkat radiasi untuk memastikan kondisi fermentasi yang optimal.

Hasil dan Temuan

Setelah miso dari ISS kembali ke Bumi, tim menganalisis komunitas mikroba, senyawa rasa, dan sifat sensorinya.

Hasil analisis menunjukkan bahwa miso yang difermentasi di ISS berhasil mencapai profil rasa umami yang mirip dengan miso yang difermentasi di Bumi.

Menurut laporan Space pada Kamis (3/4/2025), miso dari ISS memiliki rasa yang sedikit lebih “kacang” dan “panggang” dibandingkan dengan miso versi Bumi.

Perbedaan ini kemungkinan disebabkan oleh kondisi mikrogravitasi dan peningkatan radiasi di lingkungan orbit rendah Bumi, yang dapat mempercepat proses fermentasi dan mempengaruhi aktivitas mikroba.

Implikasi untuk Misi Luar Angkasa Masa Depan

Keberhasilan fermentasi miso di luar angkasa menunjukkan potensi untuk memproduksi makanan fermentasi lainnya selama misi luar angkasa jangka panjang.

Makanan fermentasi tidak hanya meningkatkan variasi dan rasa makanan, tetapi juga dapat memberikan manfaat probiotik yang mendukung kesehatan pencernaan astronot.

Selain itu, produksi makanan di luar angkasa dapat mengurangi ketergantungan pada pasokan dari Bumi, mendukung keberlanjutan misi eksplorasi luar angkasa di masa depan.

Tantangan dan Pertimbangan

Meskipun hasil eksperimen ini menjanjikan, masih ada tantangan yang perlu diatasi sebelum produksi makanan fermentasi di luar angkasa dapat diimplementasikan secara luas.

Salah satunya adalah memastikan bahwa mikroba yang digunakan dalam fermentasi tidak menimbulkan risiko kesehatan bagi astronot atau mengganggu ekosistem mikroba di ISS.

Selain itu, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memahami bagaimana faktor-faktor seperti mikrogravitasi dan radiasi mempengaruhi berbagai jenis fermentasi dan bagaimana proses tersebut dapat dioptimalkan untuk produksi makanan di luar angkasa.

Penelitian ini memberikan wawasan berharga tentang potensi fermentasi makanan di luar angkasa dan membuka jalan bagi pengembangan sistem produksi makanan yang lebih mandiri dan berkelanjutan untuk misi luar angkasa di masa depan.

Acid Rahman
Cuek adalah karakter, tapi nyuekin itu pilihan