Riset: Tren Belanja Online Selama Ramadhan Diproyeksi Meroket

Tren belanja online saat ramadhan

GayaTekno.id – Memasuki tahun kedua Ramadhan di tengah pandemi, masyarakat masih membatasi pelaksanaan sejumlah tradisi dan ritual Ramadhan.

Merujuk pada riset hasil survei NeuroSensum Annual Ramadan Spending Tracker 2021, diketahui bahwa 66 persen masyarakat merasakan ritual Ramadhan yang paling berdampak adalah pelaksanaan Tarawih di masjid.

“Masyarakat masih menahan perayaan Ramadhan, namun ada perubahan signifikan pada perilaku dalam melaksanakan tradisi, ritual ibadah, dan berbelanja dibandingkan dengan tahun lalu,” papar Rajiv Lamba, CEO NeuroSensum & Survey Sensum.

“Di tahun ini masyarakat kita sudah lebih bisa memahami apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan selama Ramadhan. Masyarakat mulai beradaptasi mencapai ‘keseimbangan’ antara mencegah penularan COVID-19 dan melakukan perayaan atau tradisi sederhana di bulan Ramadhan nanti,” imbuhnya.

Untuk mendapatkan hasil ini, NeuroSensum Annual Ramadan Spending Tracker – 2021 melakukan wawancara kepada 500 responden di 5 kota besar di Indonesia bagaimana COVID-19 mempengaruhi perayaan Ramadhan mereka.

Survei tersebut dilakukan pada Februari lalu saat mereka tengah merencanakan belanja Ramadhan untuk memahami belanja dan kebiasaan bertransaksi.

Meski sudah setahun hidup dalam pandemi, 62 persen konsumen masih khawatir dengan penyebaran COVID-19. Karena itulah Ramadhan tahun ini alih-alih melaksanakan shalat Taraweh di masjid, mereka lebih memilih melakukannya di rumah dengan keluarga inti.

Tradisi pertemuan kasual Ramadhan lainnya pun akan terpengaruh. Sekitar 63 persen masyarakat masih menahan diri tidak melakukan ‘ngabuburit’ atau jalan sore menjelang buka puasa.

Selain itu, lebih dari separuh responden Neurosensum juga enggan mengikuti tradisi silaturahmi tatap muka selama Ramadhan seperti mengikuti acara sosial, ziarah dan umrah, serta sahur di luar rumah (Sahur On The Road).

Meski masyarakat menahan diri melakukan sejumlah tradisi Ramadhan, geliat beramal jelang Ramadhan sudah mulai meningkat signifikan.

Dengan membandingkan studi NeuroSensum Annual Ramadan Spending Tracker tahun lalu, lebih banyak masyarakat yang optimis akan berdonasi dan zakat lebih besar di tahun ini. Optimisme berzakat meningkat 15 kali lipat dan donasi 2,2 kali lipat dibanding Ramadhan 2020.

“Tahun lalu kami melakukan studi yang sama, dan saya melihat sedikit sekali orang yang membagikan THR. Bahkan yang biasanya membagikan THR cenderung menahan mengeluarkan THR. Tahun ini 23% masyarakat lebih optimis dapat membayar THR karyawan atau orang yang bekerja untuk mereka, tidak seperti Ramadhan tahun lalu,” lanjut Rajiv.

Selain itu, mayoritas masyarakat sudah mulai merencanakan belanja Lebaran 2021 sejak Maret 2021. Sekitar 41 persen konsumen berbelanja satu bulan sebelum Ramadhan, yaitu untuk barang keperluan sehari-hari dan fesyen.

Di 2-3 bulan sebelum Ramadhan, 25 persen masyarakat sudah membeli tiket mudik dan 13 persen lainnya memutuskan baru akan berbelanja selama bulan Ramadhan. Di luar itu, terdapat 10 persen masyarakat yang merasa tidak berbelanja sama sekali untuk Ramadhan tahun ini.

Meskipun pandemi berdampak berbeda pada setiap orang, rencana perjalanan untuk Ramadhan 2021 tetap tenang untuk hampir semua orang.

Sementara 38 persen konsumen akan bepergian untuk mudik, 45 persen konsumen tidak akan bepergian sama sekali. Selain itu,meski mereka akan merayakan Ramadhan dengan sedikit lebih layak dibanding tahun lalu, mereka akan memiliki beberapa batasan.

Misalnya, 31 persen konsumen tidak akan bersosialisasi dengan teman atau keluarga dan 27 persen tidak akan makan sahur di luar rumah.

Data menarik lainnya ditemukan ketika kami bertanya kepada responden tentang rencana belanja mereka selama Ramadhan. Platform online menjadi saluran yang paling disukai.

Dibandingkan dengan 33 persen konsumen yang berbelanja online di bulan Ramadhan 2020, tahun ini setidaknya 37 persen konsumen akan berbelanja online untuk belanja Ramadhan.

Sekitar 40 persen konsumen akan berbelanja bahan makanan online, sementara 33 persen konsumen akan berbelanja untuk barang-barang lainnya.

“Penggunaan saluran online telah meningkat sejak tahun lalu. Beberapa perusahaan ecommerce pun mengatakan bahwa banyak hal yang mereka harapkan terjadi dalam empat tahun ke depan telah terjadi dalam satu atau dua tahun terakhir di Indonesia,” papar Rajiv.

Ringkasnya, pandemi mempercepat akselerasi trafik saluran online karena seluruh transformasi digital yang seharusnya terjadi dalam lima tahun ke depan telah terjadi dalam enam bulan.”

Hal tersebut diperkuat porsi belanja makanan secara online akan meningkat karena sejak Ramadhan lalu hingga Ramadhan ini masyarakat semakin terbiasa dengan kanal online. Selain itu, perusahaan besar seperti Gojek, Happyfresh, dan Grab telah melihat peningkatan yang signifikan dalam lalu lintas online mereka.

“Para pemilik brand harus berhati-hati tentang apa yang mereka jual dan bagaimana caranya. Mereka harus fokus pada kategori yang meningkat,” tutup Rajiv.

Dengan bergesernya belanja konsumen ke arah kesehatan & digital, suplemen kesehatan akan meningkat sebesar 55 persen. Juga, ada pertumbuhan yang signifikan dalam saluran online.

Tren belanja online saat Ramadhan ini menjadi lebih penting dalam perjalanan belanja konsumsi masyarakat. Selain itu, pandemi telah berdampak paling besar pada penurunan Social Economic Status.

Mereka perlu fokus pada segmen ini dan memberikan penawaran yang membantu masyarakat berhemat.

Feby Vebriani
Beberapa orang itu seperti mendung. Ketika mereka menghilang, suasana jadi lebih cerah.