Indosat – Tri Merger Jadi Indosat Ooredoo Hutchison, Ancaman Operator Pelat Merah?

Kantor Pusat Indosat Ooredoo Hutchison. Foto: Tivan Rahmat

Jakarta, GayaTekno.id – Ketika mendengar kata “kawin”, mungkin hal pertama yang ada pada benak kepala kita adalah tentang percampuran antara dua individu berbeda. Namun, apa jadinya jika operator selular yang ‘kawin’?

Inilah yang terjadi pada Indosat Ooredoo dan Hutchison Tri Indonesia. Pada awal tahun ini, kedua pihak sepakat untuk ‘kawin’ menjadi sebuah kesatuan dalam panji Indosat Ooredoo Hutchison (IOH).

Saat mengumumkan merger, nilai transaksi antara kedua perusahaan mencapai USD 6 miliar atau sekitar Rp 86 triliun (kurs Rp 14.333).

Bersama, perusahaan baru tersebut berkomitmen agar dapat memperkuat posisinya di pasar Indonesia yang sangat kompetitif, dan bahkan, mungkin menantang pemain terbesar di sektor ini yang dikuasai oleh operator pelat merah.

Memang, harus diakui bahwa para pengguna IOH (Indosat dan Tri) mungkin perlu menunggu berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun sebelum dapat melihat semua manfaat pada pengalaman mobile mereka, karena biasanya operator membutuhkan waktu untuk mengintegrasikan jaringan yang ada dan menciptakan sinergi.

Akan tetapi, beberapa perubahan justru bisa datang lebih cepat. Bahkan, tanpa disadari oleh para kompetitornya. Sebagai bukti, integrasi jaringan kedua pihak sudah mencapai 50 persen.

“Saya bisa update per 1 Oktober sudah 50 persen integrasi jaringan antara Indosat Ooredoo dan Hutchison,” ungkap Steve Saerang, Senior Vice President Corporate Communications Indosat Ooredoo Hutchison, beberapa waktu lalu.

Ini berarti, waktu yang diperlukan untuk mengintegrasikan jaringan berlangsung cukup cepat, mengingat operasional IOH baru dimulai pada awal tahun 2022.

Lalu, potensi apa saja yang bisa dimaksimalkan melalui merger ini? Untuk mendapatkan jawabannya, GayaTekno.id menukil data dari Opensignal.

Untuk bantu memahami potensi perusahaan gabungan tersebut, Opensignal telah memperkirakan seperti apa pengalaman mobile bagi pengguna kami jika Indosat dan 3 adalah satu operator.

Menurut Opensignal, Indosat mencetak kecepatan unduh dan unggah rata-rata yang lebih cepat dibandingkan dengan Tri. Meski demikian, Tri menunjukkan pengalaman yang lebih baik pada metrik yang mengukur pengalaman streaming video dan gaming online.

Hal ini menunjukkan bahwa saat kedua operator bergabung, tidak hanya pengguna smartphone dari satu operator saja yang akan melihat pengalaman rata-rata yang meningkat, tetapi pengguna kedua operator tersebut akan melihat peningkatan di sejumlah kategori pengalaman mobile. Hal ini menunjukkan bagaimana dua operator tersebut bersinar pada kategori pengalaman mobile yang berbeda.

Fakta Merger indosat 3

Masih dari sumber yang sama, kemudian menganalisis variasi skor perusahaan gabungan Indosat-3 secara regional. Pertama, melihat skor Pengalaman Video di wilayah Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi, dan menemukan bahwa Indosat mendapat skor lebih rendah dari operator 3 di ke-empat wilayah tersebut.

Fakta Merger indosat 3

Walau skor masing-masing Indosat dan Tri sangat mirip di Jawa dengan selisih hanya 1,4 poin antara kedua operator, namun perbedaannya jauh lebih besar di Sulawesi, Sumatera dan Kalimantan – masing-masing 4,5 poin, 4,7 poin dan 17,6 poin.

Menariknya, hasil skor IOH lebih rendah dua poin dari rata-rata regional di Jawa, Kalimantan dan Sulawesi, namun melebihi rata-rata regional di Sumatera.

Meskipun Indosat mendapatkan Skor Pengalaman Video yang Fair (40-55) di semua wilayah kecuali Jawa, namun skor gabungan tersebut melebihi ambang batas 55 di Jawa, Sumatera, dan Kalimantan, sehingga menghasilkan skor Good (55-65).

Sedangkan skor Pengalaman Kecepatan Unduh pada empat wilayah yang sama – Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi – dan menemukan bahwa Indosat menunjukkan skor rata-rata yang lebih tinggi di semua wilayah dibandingkan dengan Tri, kecuali di Kalimantan.

Di Jawa, Sumatra, dan Sulawesi, pengguna Indosat mengalami kecepatan unduh rata-rata diatas 10 Mbps, sementara pengguna Tri melihat rata-rata di bawah ambang tersebut.

Di Kalimantan, Opensignal melihat pola yang terbalik. Pengguna Tri melihat kecepatan unduh rata-rata di 13,2 Mbps, sementara pengguna Indosat di bawah ambang batas 10 Mbps.

Kecepatan unduh rata-rata Indosat adalah 9 Mbps. Skor yang dihasilkan IOH mencapai batas ambang 10 Mbps di Jawa, Kalimantan dan Sulawesi, dan mencapai 9,5 Mbps di Sumatera.

Namun di keempat wilayah tersebut, skor gabungan Indosat-3 akan lebih rendah antara 0,6 Mbps dan 1 Mbps dari rata-rata regional.

Ringkasnya, pengguna IOH akan melihat peningkatan di beberapa kategori pengalaman mobile, sementara ada penurunan di kategori lainnya.

Hal ini menunjukkan meskipun merger merupakan peluang bagi kedua operator untuk memperkuat posisi kompetitif mereka di pasar Indonesia, namun kemungkinan besar akan membutuhkan waktu sebelum para pengguna kedua operator dapat melihat manfaat pada pengalaman mobile mereka.

Namun jika proses pengintegrasian kedua operator tersebut rampung dan berhasil menciptakan sinergi, bukan mustahil IOH bakal mengusik singgasana pemimpin pasar yang saat ini masih ditempati operator pelat merah.

Terlepas dari rivalitas antaroperator, seandainya persaingan semakin kompetitif, maka pada akhirnya konsumen Indonesia yang paling diuntungkan.

Tivan Rahmat
The advance of technology is based on making it fit in so that you don't really even notice it, so it's part of everyday life