Jakarta, GayaTekno.id – Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi momok menakutkan bagi hampir seluruh masyarakat Indonesia. Pasalnya, jumlah kasus dan penderita DBD di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.
Berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) pada tahun 2022, jumlah kumulatif kasus demam berdarah sebanyak 142.294 kasus dengan angka kematian sebanyak 1.117. Angka tersebut naik hampir dua kali lipat dibandingkan dengan jumlah kasus pada tahun sebelumnya, tepatnya tahun 2021 sebanyak 73.518 dengan 705 kematian.
Semua orang berisiko terkena demam berdarah tanpa memandang umur, di mana mereka tinggal dan seperti apa gaya hidup mereka.
Gejala demam berdarah bisa berupa sakit kepala disertai demam, mual muntah, nyeri perut, nyeri belakang mata, nyeri pada otot dan sendi.
Kasus demam berdarah yang berat dapat mengakibatkan komplikasi yang fatal akibat kebocoran plasma, akumulasi cairan, gangguan pernapasan, perdarahan berat dan gangguan organ yang dapat mengancam jiwa.
Anak-anak memiliki gejala demam berdarah yang serupa dengan orang dewasa. Oleh karena itu, pemberian vaksinasi demam berdarah menjadi bagian yang dibutuhkan untuk pencegahan demam berdarah yang komprehensif. Ya, vaksinasi adalah bagian penting dari cara mencegah penyakit DBD, setidaknya itu menurut para ahli.
Vaksinasi akan membantu sistem kekebalan tubuh anak untuk membentuk antibodi yang berfungsi untuk melawan virus penyebab demam berdarah.
Selain anak-anak, vaksinasi DBD juga ditujukan untuk orang dewasa. Mengacu laporan Kementerian Kesehatan RI, proporsi penderita demam berdarah pada tiga tahun terakhir paling tinggi berada pada golongan umur 15 sampai 44 tahun.
Oleh karena itu, pencegahan yang komprehensif dibutuhkan untuk dapat menurunkan risiko infeksi demam berdarah pada semua kelompok umur. Vaksinasi akan membantu sistem kekebalan tubuh untuk membentuk antibodi yang berfungsi mengenali kuman dan melawan kuman penyebab penyakit.
“Selain anak-anak, orang dewasa juga perlu mendapatkan vaksinasi demam berdarah. Jika gejala demam berdarah yang mereka alami tidak segera ditangani, maka akan mengakibatkan kondisi penyakit yang memburuk sehingga sama sekali tidak bisa disepelekan. Kasus demam berdarah yang berat dapat mengakibatkan komplikasi dan kematian. Oleh karena itu, pencegahan inovatif melalui vaksinasi yang telah direkomendasikan oleh PAPDI (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia) diharapkan dapat menurunkan risiko dan kasus demam berdarah pada orang dewasa usia 19-45 tahun,” tutur Dr. dr. Sukamto Koesnoe, SpPD-KAI, FINASIM, Dokter Spesialis Penyakit Dalam disela acara Diskusi “Membuka Jalan Menuju Pencegahan Inovatif Terhadap Demam Berdarah Dengue” di Pacific Place, SCBD, Jakarta, Minggu (5/2/2023).
Hal senada juga disampaikan oleh Prof. Dr. dr. Hartono Gunardi, Sp.A(K), Dokter Spesialis Anak, yang juga hadir di tempat yang sama.
“Pemberian vaksinasi pada anak merupakan salah satu cara yang dianjurkan untuk mengurangi penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) di Indonesia. Sehingga, dengan adanya vaksin demam berdarah ini diharapkan mampu mengurangi risiko seorang anak sakit demam berdarah dan mengurangi risiko rawat inap serta demam berdarah berat,” jelasnya
Prof. Hartono Gunardi, menambahkan “Saat ini, jumlah anak-anak yang terkena bahkan meninggal dunia akibat demam berdarah masih tinggi.
“Ini tentunya merupakan tanggung jawab kita bersama untuk berupaya menurunkan kejadian demam berdarah di Indonesia. Beberapa hal yang bisa dilakukan adalah dengan menjaga kebersihan lingkungan sekitar (3M plus: Menguras, Menutup, Mendaur ulang, menggunakan larvasida, obat anti nyamuk, pelihara ikan pemakan jentik nyamuk, serta mengenali tanda bahaya infeksi DBD. Selain itu, diperlukan pula pencegahan sedini mungkin dengan menghindari gigitan nyamuk serta mengikutsertakan anak-anak usia 6 tahun ke atas untuk mendapatkan imunisasi,” tutup Prof. Hartono.
(Donnie Pratama)
Berikan Komentar