Jakarta, GayaTekno.id – Pasar aset kripto memasuki pekan krusial dengan sorotan pada dua peristiwa besar: pemilihan umum (Pemilu) AS dan keputusan suku bunga Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC).
Puncak persaingan antara Donald Trump dan Kamala Harris akan berlangsung pada Selasa (5/11/2024). Sementara itu, FOMC akan mengadakan rapat antara Rabu (6/11/2024) dan Kamis (7/11/2024) untuk menentukan kemungkinan penurunan suku bunga berikutnya.
Memasuki hari Pemilu AS, volatilitas Bitcoin diprediksi mengalami kenaikan, dengan altcoin juga diperkirakan akan mengikuti tren ini.
Hingga Selasa (5/11/2024) pukul 08.00 WIB harga Bitcoin diperdagangkan di kisaran USD 68.000, turun setelah sempat menyentuh level USD 73.600 dalam seminggu terakhir.
Financial Expert Ajaib Kripto, Panji Yudha melihat adanya aksi taking profit setelah BTC mendekati harga all time high (ATH) di USD 73.750 sehingga membawa BTC kembali turun ke bawah USD 69.000.
“Dari perspektif teknikal, potensi BTC akan melemah terlebih dahulu ke MA-50 di sekitar USD 65.500, sekaligus menjadikan area ideal untuk buy the dip. Jika berhasil rebound, maka kemungkinan BTC kembali dapat melanjutkan reli ke atas USD 70.000,” kata Panji di Jakarta pada Selasa (5/11/2024).
Di sisi lain, perdagangan ETF Bitcoin spot mencatat penutupan positif selama empat minggu berturut-turut. Pekan lalu, ETF ini kembali mencatat net inflow sebesar USD 2,22 miliar pada periode 28 Oktober – 1 November 2024, angka tertinggi sejak 22 Maret 2024, menurut data dari SoSo Value.
Pemilu AS dan Dampaknya pada Pasar Kripto
Lanskap politik AS semakin terkait erat dengan industri aset kripto. Data dari Polymarket menunjukkan bahwa Donald Trump, kandidat Partai Republik, masih unggul atas Kamala Harris dari Partai Demokrat, meskipun keunggulannya menurun dari 66,9% menjadi 55,9%, sementara peluang Harris naik menjadi 44,2%. Pergeseran ini mencerminkan perubahan sentimen pasar pada hari Pemilu hari ini pada 5 November.
Dukungan Trump terhadap Bitcoin serta minat politisi lainnya pada aset digital diperkirakan akan mendorong pertumbuhan sektor ini pasca pemilu.
Pemilu AS juga akan menjadi penentu arah regulasi aset kripto, dengan SEC dan CFTC mengambil pendekatan yang berbeda. SEC di bawah Gary Gensler sering dikritik karena regulasi yang dinilai terlalu ketat.
Para investor kini mengamati pemilu AS dengan harapan perubahan kepemimpinan akan mendukung inovasi di sektor aset digital.
Beberapa bahkan berharap sikap serupa dari Demokrat jika Kamala Harris menang. Trump sebelumnya menyatakan akan memecat Gensler jika terpilih kembali, yang meningkatkan optimisme di kalangan investor aset kripto.
Di sisi lain, janji Trump untuk menjadikan Bitcoin sebagai cadangan strategis AS dan menyebut dirinya sebagai “Crypto President” semakin memperkuat kepercayaan di pasar.
Data historis menunjukkan bahwa harga Bitcoin (BTC) cenderung naik setelah pemilihan umum AS. Pada pemilu 2020, BTC naik 28,24% sebelum pemilu dan 42,06% setelahnya, sedangkan pada pemilu 2016, kenaikannya masing-masing sebesar 14,99% dan 8,43%.
Kenaikan ini diperkirakan dipengaruhi oleh ekspektasi pasar terhadap kebijakan pemerintahan yang lebih mendukung aset digital.
Untuk pemilu 2024 pada 5 November, meski data pasca pemilu belum tersedia, BTC berpotensi naik dalam sebulan ke depan, tergantung hasil pemilu dan sentimen regulasi aset kripto.
The Fed Potensi Kembali Pangkas Suku Bunga
Sementara itu, FOMC AS juga kemungkinan akan meningkatkan sentimen pasar, dengan data ekonomi terbaru menunjukkan penurunan suku bunga Fed sebesar 25 bps / 0,25% pada minggu ini.
Data dari CME GROUP menunjukkan kemungkinan besar bahwa pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada 6-7 November akan diprediksi terjadi pemotongan suku bunga 0,25%, menurunkan Fed Funds Rate dari 4,75% menjadi 4,50%.
Dengan suku bunga Fed target akan turun ke kisaran 4,25%-4,50% pada akhir tahun 2024, sementara hampir 80% memperkirakan penurunan lebih lanjut menjadi 3,0%-3,50% pada akhir tahun 2025.
Mengingat akan kemungkinan meningkatnya volatilitas pasar pekan ini, trader diharapkan untuk mempersiapkan stoploss guna meminimalisir kerugian dan investor juga harus berhati-hati terhadap potensi koreksi yang bisa terjadi kapan saja, terutama di tengah sentimen pemilu AS dan FOMC akan menjadi penentu apakah Bitcoin mampu bertahan atau bahkan mencetak rekor baru dalam waktu dekat.
Berikan Komentar