Menilik Peran Asia Tenggara Dalam Lanskap Bisnis Global Pada 2030

Jakarta, GayaTekno.id – Konsultan manajemen global Kearney telah merilis laporan berjudul “World in Flux: Global Wildcards 2025–2030 ”.

Penilaian tahunan ke-10 oleh Kearney Global Business Policy Council ini menyoroti lima kekuatan transformatif yang diharapkan dapat membentuk kembali lingkungan operasi global bagi bisnis selama lima tahun ke depan.

Laporan ini menelusuri gangguan global utama dan peluang bisnis, dengan menyoroti kebangkitan Negara-negara berkembang, lanskap perdagangan yang terus berkembang, pergeseran teknologi, serta meningkatnya pengaruh individu dalam membentuk dinamika global.

Kebangkitan negara-negara berkembang di belahan bumi selatan – yang meliputi “negara-negara kelas menengah” seperti Indonesia dan Vietnam merupakan tema utama laporan tersebut.

Dengan tenaga kerja yang muda dan dinamis, pengaruh ekonomi yang terus tumbuh, dan peran yang semakin besar dalam perdagangan global, Asia Tenggara siap menjadi pemain kunci dalam transformasi ini.

Pada tahun 2030, 6 negara ASEAN, yakni Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam, diproyeksikan menjadi negara dengan perekonomian terbesar keempat di dunia, dengan PDB gabungan sebesar USD 4,5 triliun. Posisi strategis kawasan ini menjadikannya sebagai penggerak penting perubahan global.

Bangkitnya “Kekuatan Menengah”: Ekonomi Asia Tenggara, termasuk Indonesia dan Vietnam, diposisikan untuk berfungsi sebagai pusat produksi penting dan jembatan perdagangan di tengah ketegangan AS-Tiongkok.

Kemampuan kawasan ini untuk menarik investasi sambil menavigasi dinamika geopolitik yang kompleks sedang membentuk kembali arus ekonomi global.

Bisnis diharapkan untuk memperluas operasi ke Global Selatan, memanfaatkan peluang yang ada dengan tenaga kerjanya yang muda dan dinamis, dan memperluas strategi diversifikasi rantai pasokan di luar pusat manufaktur tradisional di Asia.

Di sisi lain, negara-negara di Asia Tenggara bersiap menghadapi dampak potensi kenaikan tarif dan meningkatnya proteksionisme secara global.

Sementara beberapa negara termasuk Vietnam dan Thailand mampu meningkatkan ekspor di sela-sela perang dagang AS-Tiongkok, dampak jangka panjang tarif terhadap konsumen dan bisnis, lingkungan, dan negara-negara termiskin di dunia, antara lain, kemungkinan akan merugikan.

Tantangan Permintaan Energi

Adopsi teknologi yang cepat dan kemajuan AI berkontribusi terhadap melonjaknya permintaan listrik di seluruh wilayah. Pemerintah dan bisnis harus bekerja sama untuk membangun infrastruktur energi yang tangguh dan berkelanjutan.

Teknologi dan Korupsi

Alat-alat digital, termasuk deepfake, memperbesar risiko korupsi. Untuk mengatasi tantangan ini diperlukan kolaborasi publik-swasta guna menumbuhkan kepercayaan dan transparansi, khususnya di sektor-sektor seperti mineral penting.

Sementara itu, para influencer dan inovator memanfaatkan platform digital untuk memobilisasi perubahan sosial, lingkungan, dan ekonomi. Hal ini menciptakan peluang dan tantangan bagi bisnis, termasuk disrupsi industri dan tindakan CSR/ESG.

Menanggapi hasil riset ini, Varun Arora selaku Managing Partner untuk Asia Tenggara, Kearney, menyatakan bahwa Asia Tenggara siap untuk bertransformasi, tetapi perjalanan ini bukannya tanpa tantangan.

“Sementara kawasan ini menuai manfaat dari penataan ulang jejak manufaktur dan rantai pasokan global, dampak jangka panjang dari kenaikan tarif akan membebani konsumen dan bisnis,” ujar Varun dalam keterangan tertulisnya Pada Rabu (22/1/2025).

Menurut Varun, kemajuan AI dapat meningkatkan PDB di seluruh Asia Tenggara sebesar 10 hingga 18 persen pada tahun 2030 mencapai hampir USD 1 triliun, sehingga akan membawa peluang yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Namun, kawasan ini belum siap untuk memenuhi permintaan daya yang meningkat akibat pertumbuhan ini, sehingga memberikan tekanan besar pada target keberlanjutan dan ketahanan infrastruktur.

Pemerintah dan bisnis harus bertindak tegas untuk mengatasi tantangan ini. Pada saat yang sama, kawasan ini harus bersiap menghadapi risiko yang muncul, termasuk deepfake dan ancaman dunia maya, seiring meningkatnya keunggulan ekonomi globalnya.

Secara keseluruhan, Asia Tenggara merupakan tempat yang penuh peluang sekaligus tantangan. Meskipun keunggulan strategis kawasan ini memposisikannya sebagai mesin pertumbuhan global, keberhasilan jangka panjangnya bergantung pada upaya menghadapi rintangan yang menghadang.

“Untuk berkembang dalam lingkungan ini, bisnis harus berpikir berani, berinvestasi secara berkelanjutan, dan memanfaatkan kekuatan unik kawasan ini untuk membuka peluang,” pungkasnya.

Ronald Bastian
Jika kamu tak mampu meyakinkan dan memukau orang dengan kepintaranmu, bingungkan dia dengan kebodohanmu.