Jakarta, GayaTekno.id – Dalam beberapa pekan terakhir, Korea Selatan dilanda kepanikan atas serangkaian kebakaran kendaraan listrik di garasi parkir bawah tanah.
Meskipun insiden ini tidak terlalu banyak, namun sejumlah unit mobil listrik seperti Mercedes-Benz EQE, Kia EV6, dan Tesla Model X terbakar di dalam dan sekitar Seoul dalam beberapa minggu, sehingga dapat dipahami mengapa insiden tersebut membuat warga Negeri Ginseng itu gelisah.
Bagaimanapun, sebagian besar warga Korea Selatan yang tinggal di pusat kota besar atau gedung-gedung tinggi menilai bahwa kebakaran kendaraan listrik merupakan hal yang buruk.
Contoh kasusnya, asap dari kebakaran Mercedes di basement merusak 140 mobil dan mengirim dua lusin orang ke rumah sakit, dan semua insiden tersebut sangat sulit dipadamkan oleh petugas pemadam kebakaran.
Tentu saja, ini bukan sesuatu yang ingin dihadapi oleh jutaan orang Korea, dan karena itu, hal itu menyebabkan penurunan tajam dalam penjualan kendaraan listrik.
Dari kacamata korporat, situasi ini bukan hal yang ingin dihadapi oleh Hyundai Motor Group Korea. Pasalnya, perusahaan memiliki ambisi global yang besar untuk merajai pasar kendaraan listrik. Bahkan di Amerika Serikat, Hyundai muncul sebagai ancaman terbesar bagi pangsa pasar Tesla.
Maka, tak heran jika saat ini, Hyundai tengah memutar otak untuk menyediakan solusi masalah tersebut, salah satunya dengan membuat kendaraan pemadam kebakaran otonom yang bisa bergerak di bawah tanah.
Sebagaimana dilansir Kantor Berita Korea Selatan, Yonhap, pada Senin (30/9/2024), Hyundai bekerja sama dengan Badan Pemadam Kebakaran Nasional untuk mengembangkan dan memproduksi massal kendaraan pemadam kebakaran yang dikendalikan dari jarak jauh mulai tahun 2026 mendatang.
Dalam blueprint-nya, robot tersebut digambarkan dalam bentuk kendaraan seperti tank berwarna merah terang dengan enam roda penggerak.
Kendaraan ini dilaporkan dibuat berdasarkan platform kendaraan nirawak multiguna yang sudah ada dari Hyundai Rotem, salah satu divisi Hyundai Motor Group.
Kendaraan itu dipersenjatai meriam air dan ketahanan panas yang ditingkatkan. Sedangkan baterai lithium-ion yang menjadi sumber tenaganya dirancang agar tahan hingga suhu 5.000 derajat Fahrenheit.
Pada dasarnya, kendaraan tanpa awak yang dirancang khusus untuk memadamkan kebakaran semacam ini seharusnya dapat melakukan pekerjaan yang berpotensi terlalu berbahaya bagi petugas pemadam kebakaran manusia.
Ketika kebakaran kendaraan listrik terjadi di garasi parkir bawah tanah yang padat, ruang untuk bergerak menjadi terbatas, asap memenuhi tempat itu dengan cepat, panas terperangkap, dan api akan menyebar dengan cepat ke mobil lain.
Maka dari itu, kebakaran baterai lithium-ion membutuhkan banyak air dan bahan penghambat api untuk memadamkannya.
Sayangnya, belum ada informasi lebih lanjut mengenai ukuran baterai, jangkauan, atau perkiraan kecepatan pengisian daya kendaraan pemadam kendaraan listrik tersebut.
Rencananya, robot pemadam kebakaran Hyundai ini akan memasuki tahap uji coba pada paruh kedua tahun 2025 mendatang.
Berikan Komentar