Jakarta, GayaTekno.id – Kesenjangan akses teknologi kesehatan di Indonesia masih menjadi tantangan besar.
Data Kementerian Kesehatan RI menunjukkan bahwa fasilitas kesehatan, terutama di daerah terpencil, masih menghadapi keterbatasan infrastruktur, sumber daya, dan SDM terlatih.
Untuk menjawab kebutuhan ini, GE Healthcare Indonesia dan PT Bank Negara Indonesia (BNI) resmi berkolaborasi melalui program pembiayaan inovatif guna mempercepat adopsi teknologi medis mutakhir di Tanah Air.
Melalui sinergi GE Healthcare Financial Services (HFS) dan BNIdirect Supply Chain, kedua perusahaan menghadirkan solusi pembiayaan fleksibel bagi rumah sakit, klinik, dan vendor kesehatan di Indonesia.
Program ini bertujuan mempermudah akses ke peralatan medis canggih seperti alat pencitraan (MRI, CT-Scan), sistem digitalisasi layanan kesehatan, dan teknologi pendukung diagnosis lainnya.
Kriswanto Trimoeljo, CEO GE Healthcare Indonesia, menegaskan bahwa kolaborasi ini adalah bagian dari komitmen perusahaan untuk mendukung transformasi sistem kesehatan Indonesia, khususnya dalam aspek teknologi.
“Tidak hanya menyediakan produk, kami juga menghadirkan solusi finansial yang membantu pelanggan mengelola arus kas sekaligus meningkatkan efisiensi operasional,” ujar Kriswanto dalam keterangan resminya pada Jumat (21/3/2025).
Sementara itu, Pancaran Affendi, SEVP Corporate Banking BNI, menambahkan, bahwa BNIdirect Supply Chain dirancang untuk memperluas akses pendanaan bagi mitra dan vendor GE Healthcare.
“Dengan skema terstruktur, fasilitas kesehatan dapat lebih cepat mengadopsi inovasi teknologi demi layanan yang lebih baik bagi pasien,” imbuhnya.
Mengurai Masalah Kesenjangan Teknologi Kesehatan
Laporan Kementerian Kesehatan RI mengungkap beberapa tantangan utama dalam transformasi teknologi sektor kesehatan.
Paling nyata, masalah datang dari infrastruktur yang tidak merata. 60% fasilitas kesehatan di daerah terpencil masih menggunakan alat medis konvensional.
Selain itu, biaya operasionalnya cukup tinggi. Investasi teknologi medis seperti MRI atau sistem digital membutuhkan dana besar yang sulit diakses pelaku kesehatan kecil.
Terakhir, SDM di sektor ini sangat terbatas. Kurangnya pelatihan tenaga medis dalam mengoperasikan teknologi mutakhir.
Melalui GE Healthcare Financial Services, yang telah membiayai aset kesehatan senilai USD 2 miliar per tahun di lebih dari 20 negara, Indonesia kini bisa memanfaatkan skema pembiayaan seperti leasing dengan cicilan terjangkau; kemitraan publik-swasta untuk proyek infrastruktur besar; dan pinjaman berbasis risiko yang disesuaikan kebutuhan fasilitas.
“Kami menawarkan solusi khusus, mulai dari pembiayaan jangka pendek hingga panjang, agar rumah sakit bisa fokus meningkatkan layanan tanpa terbebani biaya upfront,” jelas Indah Wibawa, VP Healthcare Financial Service GE Healthcare Indonesia.
Dampak Positif bagi Layanan Kesehatan Nasional
Di sisi lain, kolaborasi ini diharapkan menjadi katalisator untuk percepatan modernisasi rumah sakit di daerah agar dapat mengakses alat diagnosa canggih tanpa menunggu anggaran pemerintah.
Dengan adanya pertukaran teknologi terkini, rumah sakit di daerah diharapkan dapat mendeteksi penyakit lebih akurat dan penanganan pasien yang lebih cepat.
Sedangkan skema pembiayaan terstruktur dari BNI diyakini dapat membantu fasilitas kesehatan mengoptimalkan arus kas, sehingga prosesnya lebih efisien.
Menariknya, dukungan finansial ini tidak hanya menyasar rumah sakit besar, tetapi juga klinik swasta dan fasilitas kesehatan milik pemerintah daerah.
Dengan kemudahan akses melalui BNIdirect Supply Chain, diharapkan lebih banyak mitra kesehatan di pelosok Indonesia yang mampu berinvestasi dalam teknologi.
“Ini adalah langkah awal. Ke depan, kami akan terus memperluas jaringan kolaborasi dengan institusi keuangan lain, agar transformasi kesehatan Indonesia bisa berjalan lebih cepat,” tutup Kriswanto.
Dengan dukungan pembiayaan inovatif, gap teknologi kesehatan Indonesia perlahan bisa tertutup. Kolaborasi seperti ini membuktikan bahwa transformasi kesehatan bukan hanya tanggung jawang pemerintah, tetapi juga perlu sinergi antara pelaku industri, perbankan, dan masyarakat.
Berikan Komentar