GayaTekno.id – Setelah diselamatkan HMD Global dari mati surinya, Nokia kembali hidup dengan melahirkan sejumlah smartphone baru.
Di tanah air, Nokia C3 menjadi smartphone terkini yang diboyong HMD Global untuk para konsumennya. Sekadar informasi, harga Nokia C3 di Indonesia dibanderol Rp 1,5 jutaan.
Kabar baiknya, GayaTekno.id berkesempatan untuk melakukan review Nokia C3, meskipun dalam waktu yang relatif singkat. Lantas, bagaimana pengalaman saat menggunakan smartphone ini? Berikut ulasannya.
Desain dan Layar
Ketika pertama kali membuka boks Nokia C3, terpampang satu unit smartphone dengan kesan elegan. Maklum, warna Nordic Blue yang membalut Nokia C3 benar-benar bisa memanjakan mata.
Nilai plus lainnya, casing belakang smartphone ini memiliki tekstur sedikit kasar, sehingga tidak licin saat digenggam. Selain itu, tekstur seperti ini membuat smartphone tidak mudah kotor.
Di atas kertas, Nokia C3 berdimensi 159,6 x 77 x 8,69 mm dengan bobot 184,5 gram. Layarnya berukuran 5,99 inci dengan panel IPS. Dengan bobot seberat itu, sebuah smartphone biasanya memiliki layar di atas 6 inci.
Ketika melihat sekeliling bodi smartphone, ada beberapa informasi yang didapat. Sisi kanan perangkat dipakai untuk tombol daya/power, sisi kiri dipakai pengaturan volume, sebelah atas untuk speaker, dan sisi bawah digunakan untuk lubang pengisian daya Micro USB.
Di bagian belakang, terpasang kamera tunggal yang berdampingan dengan LED flash, dan pemindai sidik jari. Sementara di bagian depan, terbenam kamera selfie. Bicara desain dan layar, rasanya cukup worth dengan harga yang melekat pada perangkat.
Kamera
Urusan fotografi, Nokia C3 hanya dipersenjatai satu kamera belakang beresolusi 8MP + LED Flash dan kamera depan 5MP. Sangat disayangkan, mengingat vendor lainnya yang memasarkan smartphone di harga Rp 1,5 jutaan, memberikan lebih dari komposisi yang dimiliki Nokia C3.
Kekecewaan turut berlanjut ketika mencoba memotret obyek. Hanya dimodali lensa tunggal dan resolusi kecil, Nokia C3 sulit membentuk foto bokeh atau memotret di kondisi minim cahaya.
Warna yang dihasilkan foto juga kurang hidup. Sementara ketika memotret di malam hari, GayaTekno.id sarankan untuk mencobanya jika tak ingin memperoleh hasil foto yang blur dan dipenuhi noise.
Beruntung, hasil foto kamera depan sedikit lebih baik, asalkan pengambilan gambar dilakukan dengan pencahayaan yang memadai.
Performa
Bergeser ke urusan performa, spesifikasi Nokia C3 diotaki prosesor SC9863A Octa-Core berkecepatan 1,6 GHz yang dipadankan dengan RAM 2GB dan memori internal 16GB yang masih bisa diperluas hingga 128GB menggunakan MicroSD.
Saat diuji menggunakan aplikasi Geekbench, Nokia C3 diganjar skor yang relatif kecil, yaitu 149 untuk single core dan 820 untuk multi core. Anjloknya performa smartphone sepertinya berasal dari minimnya memori yang disematkan pada perangkat dan chipset kasta kedua. Padahal merek smartphone lainnya yang turun di segmen serupa menggunakan Qualcomm atau MediaTek, yang notabene punya performa lebih baik.
Kendati demikian, soal performa tidak akan menjadi masalah jika yang menggunakan perangkat ini adalah konsumen pemula. Pasalnya, antarmuka Nokia C3 yang berbasis Android 10 ‘murni’ memberikan tampilan, sekaligus pengoperasian yang ramah dan sangat sederhana.
Daya Tahan
Soal daya tahan, Nokia C3 didukung baterai 3.040 mAh yang bisa diisi ulang menggunakan kabel Micro USB. Lagi-lagi, smartphone ini ketinggalan zaman karena merek lainnya yang dijual seharga Rp 1,5 jutaan, sudah dilengkapi kabel Type-C dan fitur fast charging.
Meski baterainya hanya 3.040 mAh, namun untuk pemakaian normal smartphone ini sanggup terjaga seharian.
Kesimpulan
Setelah kencan singkat bersama Nokia C3 dalam waktu sepekan, GayaTekno.id menilai bahwa perangkat ini biasa saja. Tidak ada yang istimewa dari smartphone Rp 1,5 jutaan ini.
Memang, bodi dan desain Nokia C3 cukup menggairahkan mata. Namun, hanya sekadar itu. Performa smartphone dan kamera menjadi dua kekurangan pada Nokia C3.
Sekadar saran, HMD Global sepertinya harus mempertimbangkan ulang pelabelan harga untuk produk yang mereka jual di Indonesia. Seandainya mereka masih bertahan dengan strategi yang sama, bukan mustahil serbuan smartphone China mengantarkan Nokia kembali ke jurang kematian, untuk yang kedua kalinya.
Berikan Komentar