Jakarta, GayaTekno.id – Setelah melewati serangkaian proses, Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) dan CGV mengumumkan pemenang kompetisi film pendek Save Our Socmed (S.O.S).
Kompetisi ini sendiri bertujuan untuk meningkatkan literasi digital masyarakat dengan mengampanyekan kesadaran akan bahaya flex culture. Program yang didukung oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi ini mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk memanfaatkan media sosial sebagai sarana untuk membuat konten positif.
Mewakili perusahaan, Director and Chief Regulatory Officer Indosat Ooredoo Hutchison, Muhammad Danny Buldansyah sangat mengapresiasi film pendek karya generasi muda Indonesia terutama para peserta program Save Our Socmed.
“Banyak karya-karya kreatif yang menginspirasi kita untuk lebih bijak dalam menyikapi media sosial, flex culture, sehingga bisa berpikir serta bertindak lebih positif lagi. Semoga program ini bisa terus mengedukasi generasi muda Indonesia dan menjadi wadah kreativitas bagi mereka. Saya ucapkan selamat untuk para pemenang dan terima kasih kepada seluruh peserta yang telah berpartisipasi dalam program kami,” terang Danny di CGV Grand Indonesia, Jakarta Pusat, pada Minggu malam (6/11/2022).
Mengusung tema “Waspada Flex Culture, Stay Humble!”, Save Our Socmed 2022 berhasil menjaring 467 peserta pelatihan, 124 nominasi video, dan berhasil menembus 6,8 juta penonton di berbagai platform media sosial.
Menanggapi antusiasme ini, Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Muhammad Neil El Himam menilai bahwa program literasi dan kompetisi film pendek Save Our Socmed merupakan media yang tepat untuk semakin mengeksplorasi potensi ekonomi kreatif oleh generasi muda di Indonesia.
Tidak hanya itu, kompetisi ini berhasil menjadi wadah edukasi agar anak muda bisa menyikapi gejala sosial yang terjadi di sekitarnya.
“Mereka menuangkan hasil pembelajaran itu melalui karya yang positif dan kreatif. Generasi muda harus ambil bagian dalam memajukan pengembangan ekonomi kreatif berbasis kekayaan intelektual,” tambahnya.
Selama kompetisi, para peserta telah mendapatkan pelatihan mengenai tata cara pembuatan film dan dampak negatif flex culture dari Badan Perfilman Indonesia yang diadakan di sepuluh kota di Indonesia yaitu di Jakarta, Bogor, Bandung, Surabaya, Solo, Palembang, Medan, Mataram, Makassar, hingga Balikpapan. Setelah itu, peserta menuangkan ide kreatifnya dalam film pendek berdurasi 10 menit untuk diikutsertakan dalam lomba.
Sementara itu, Direktur CGV Haryani Suwirman tidak bisa menutupi rasa gembiranya karena ia melihat potensi besar dari sineas muda Indonesia.
“Kami melihat banyak sekali bakat-bakat dan ide kreatif anak muda yang potensial di Indonesia. Semoga dengan adanya program yang positif ini bisa menjadi penyemangat untuk generasi muda agar tidak menyerah dalam menggapai mimpi dan cita-cita, sekaligus menggali potensi diri dalam memajukan dunia perfilman tanah air,” ujar Haryani.
Sebagai acara puncak, IOH dan CGV pun mengumumkan para pemenang kompetisi film pendek Save Our Socmed 2022. Pemenang pertama kompetisi S.O.S kali ini diraih oleh tim ActFilm dengan judul film Bayangan.
Juara II didapatkan oleh tim Unlimitale dengan judul film An Xin. Juara III diperoleh oleh tim Ruang Tengah Media dengan judul film FOMO.
Selain itu, terdapat berbagai kategori lain dalam kompetisi ini, seperti Most Views, Most Likes, Most Shared, Best Director, Best Cinematography, Best Screenplay, Best Actor, Best Actress, Best Teaser, dan Best Poster. Pemenang dari kompetisi film pendek S.O.S mendapatkan total hadiah seratus juta rupiah.
Salah satu juri sekaligus produser Maxima Pictures, Ody Mulya Hidayat mengaku kagum dengan karya-karya yang dibuat oleh para peserta.
“Setelah menyeleksi hasil peserta kompetisi, acara ini berhasil mengeluarkan bakat-bakat terpendam anak muda Indonesia. Saya yakin bakat-bakat muda ini bisa menjadi penggerak industri perfilman di Indonesia masa depan. Terimakasih untuk IOH dan CGV sudah menyelenggarakan program yang telah menggali kreativitas anak muda sekaligus mengedukasi bahaya flex culture ini,” pungkasnya.
Berikan Komentar