Mengenal Model Bisnis Crowdsourcing

Jakarta, GayaTekno.id – GDP Venture kembali menggelar acara bincang-bincang bisnis bertajuk Power Lunch dengan tema “Maximizing Business Growth with an Effective Crowdsourcing Model”.

Dibalut dengan suasana penuh keakraban, acara ini menghadirkan tiga narasumber ternama, yaitu David Soong, CEO SweetEscape; Dimas Harry Priawan, Co-founder & CEO Dekoruma; dan Ardyanto Alam, CEO Garasi.id.

Ketiga perusahaan ini merupakan bagian dari portfolio GDP Venture yang sukses menerapkan model crowdsourcing dalam bisnis mereka.

Sekadar informasi, crowdsourcing adalah konsep bisnis di mana layanan, ide, atau konten diperoleh dari kontribusi banyak orang secara daring. Contoh sukses penerapan konsep ini secara global adalah Airbnb.

Keberhasilan SweetEscape, Dekoruma, dan Garasi.id

SweetEscape merupakan platform layanan jasa fotografi ini hadir di lebih dari 500 kota di lima benua dengan lebih dari 1.000 partner fotografer.

SweetEscape melayani klien retail dan B2B dengan menyediakan layanan foto produk, foto direksi, dan video perusahaan.

Pada talkshow tersebut, CEO SweetEscape David Soong menekankan pentingnya kemampuan komunikasi mitra fotografer, terutama dalam bahasa Inggris, untuk memberikan layanan terbaik bagi klien.

Sementara itu, Garasi.id menawarkan produk garansi, jasa inspeksi, jasa servis, dan asisten darurat. Garasi.id bekerja sama dengan bengkel-bengkel pilihan yang memenuhi standar operasional untuk memastikan kualitas layanan.

CEO Garasi.id Ardyanto Alam menyatakan pentingnya memilih mitra bengkel yang selalu menggunakan komponen asli dan memiliki kualitas terpercaya.

Sedangkan Dekoruma memulai bisnisnya sebagai marketplace furniture pada 2015, kini telah berkembang dengan menawarkan jasa desain interior dan penjualan rumah.

CEO Dekoruma Dimas Harry Priawan pun menekanlan orisinalitas hak cipta karya desainer dan teknologi Thudio by Dekoruma yang membantu desainer menyesuaikan anggaran dengan desain.

Keuntungan Model Crowdsourcing

David Soong mengungkapkan bahwa model crowdsourcing tidak hanya menguntungkan perusahaan dengan efisiensi waktu dan biaya operasional, tetapi juga memberikan keuntungan bagi mitra.

“Di SweetEscape, editing foto dibantu oleh Machine Learning untuk mempercepat waktu editing, sehingga fotografer hanya perlu fokus pada pemotretan,” ujar David di Jakarta pada Kamis (6/6/2024).

Di sisi lain, Ardyanto Alam menilai bahwa model crowdsourcing menguntungkan kedua belah pihak dan menekankan bahwa model ini cocok untuk perusahaan yang membutuhkan keahlian khusus.

“Dengan jaringan mitra yang luas, standar operasional yang jelas, dan fokus pada kualitas serta kepuasan pelanggan, perusahaan dapat mencapai pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan,” imbuhnya.

Meskipun menawarkan potensi besar, model crowdsourcing membutuhkan pendekatan yang hati-hati dan strategis. Perusahaan perlu melakukan riset menyeluruh, memahami perilaku konsumen, dan mengambil langkah kecil untuk memastikan kesuksesan.

Dekoruma dan SweetEscape menggunakan pendekatan yang berbeda dalam mengembangkan bisnis mereka, masing-masing menyesuaikan strategi dengan kebutuhan pasar lokal dan global.

Model crowdsourcing bisa menjadi kunci sukses bagi perusahaan yang mampu mengimplementasikannya dengan tepat. Dengan membangun jaringan mitra yang luas, menerapkan standar operasional yang jelas, dan memanfaatkan teknologi, perusahaan dapat mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan dan sukses.

“Namun tidak semua bisnis bisa menggunakan metode crowdsourcing. Diperlukan analisa dan penguatan tujuan dalam suatu bisnis agar menjadi lebih efisien,” pungkas David Soong.