Tiga Jurus Jitu Facebook Untuk Melawan Misinformasi Jelang Pemilu 2024

Tiga Jurus Jitu Facebook Untuk Melawan Misinformasi Jelang Pemilu 2024

Jakarta, GayaTekno.id – Meski Pemilihan Umum (Pemilu) baru akan dilangsungkan pada tahun depan, namun Meta selaku perusahaan induk Facebook, Instagram, dan WhatsApp sudah mulai mempersiapkan diri untuk melawan misinformasi di media sosial besutannya.

Kepala Kebijakan Misinformasi Meta untuk wilayah Asia Pasifik, Alice Budisatrijo, mengatakan bahwa Meta telah memiliki cara tersendiri untuk menekan laju penyebaran misinformasi di media sosial, khususnya Facebook, dengan berpijak pada tiga pilar utama, yaitu remove (menurunkan), reduce (mengurangi), dan inform (memberitahukan).

“Satu hal yang tidak berubah dari Facebook adalah komitmen kami untuk memerangi misinformasi pada platform kami,” ujar Alice di kawasan SCBD Jakarta pada Jumat (24/3/2023).

Terkait pilar yang pertama (remove), Alice menjabarkan bahwa algoritma Facebook akan menurunkan beberapa konten yang berpotensi menimbulkan misinformasi, seperti konten misinformasi yang membahayakan; video yang dimanipulasi atau deepfakes; dan gangguan pemilih dalam Pemilu.

Agar bisa memberantas misinformasi hingga ke akar-akarnya, kata Alice, Facebook tidak akan tebang pilih untuk memblokir penyebar misinformasi, termasuk akun centang biru sekalipun.

“Akun yang sudah terverifikasi bukan sebuah shield yang akan membuat mereka kebal terhadap kebijakan dan sistem policy kami. Jadi, mereka (akun centang biru) pun tidak luput dari pengawasan kami,” tegas Alice

Meski demikian, lanjut Alice, karena Facebook bukan platform yang berhak menentukan benar atau salah, pemilik akun pun masih diberikan kesempatan untuk mengajukan banding.

Sementara untuk pilar kedua (reduce), Facebook telah menggandeng 90 tim pencari fakta dalam 6 bahasa yang akan menginvestigasi kebenaran konten yang dibagikan di Facebook. Untuk wilayah Indonesia sendiri, Facebook bekerjasama dengan 6 pihak pencari fakta.

Perihal distribusi konten yang dikurangi, Alice menjelaskan bahwa Facebook akan langsung mengurangi eksistensi halaman domain atau website yang sudah berulang kali menyebarkan misinformasi agar tidak tayang di beranda para pengguna.

“Untuk konten yang kami kurangi, selain menyebarkan misinformasi, akun yang menyebar domain yang membuat konten spam atau clickbait juga akan kami kurangi. Jika dalam tiga bulan akun tersebut masih menyebarluaskannya, maka akan terkena suspend hingga pemblokiran,” imbuh wanita berkacamata tersebut.

Sedangkan untuk pilar ketiga (inform), Facebook akan memberikan pemberitahuan kepada pengguna aplikasi terkait konten yang berpotensi memuat misinformasi, termasuk akun-akun yang kerap menyebarluaskan misinformasi.

“Dengan notifikasi yang muncul, kami berharap pengguna akan lebih bijak dalam menentukan akun-akun yang akan mereka ikuti, beserta konten-konten yang ada di dalamnya,” tutur Alice.

Namun, Alice juga menyadari bahwa sistem pertahanan Facebook terhadap misinformasi masih memiliki beberapa celah sehingga pihaknya tidak bisa menghapus misinformasi sendirian.

“Ada beberapa faktor yang tidak memungkinkan kami untuk menghapus semua misinformasi. Pertama, kami tidak memiliki otoritas untuk menentukan kebenaran. Kemudian, karena pada dasarnya Facebook adalah platform media sosial, mustahil bagi kami untuk mengetahui semua ‘kebenaran’ yang ada di dunia ini. Yang ketiga, tidak semua informasi bisa ditentukan dengan benar atau salah karena opini dan fakta seringkali menjadi bias karena dicampuradukan,” papar Alice.

Maka dari itu, ia mengajak para pengguna aplikasi ini untuk berperan aktif dengan cara melaporkan akun dan konten yang memuat misinformasi.

“Karena algoritma Facebook berbasis AI (kecerdasan buatan), maka laporan dari pengguna juga akan membantu sietem untuk mendeteksi konten misinformasi,” tandasnya.

Lantas bagaimana efektivitas langkah tersebut dalam memberantas misinformasi pada Pemilu 2024? Meski belum bisa dipastikan, namun ada studi kasus yang menjadi pembanding.

Sekadar informasi, tiga pilar ini berhasil menghapus lebih dari 25 juta konten misinformasi di Facebook terkait Covid-19 dalam kurun dua tahun terakhir.

Tivan Rahmat
The advance of technology is based on making it fit in so that you don't really even notice it, so it's part of everyday life