Hadapi Tahun Politik, Bank Sampoerna Pantang Oleng

Lending Center Division Head, Hendra Setiawan (kiri) dan Corporate Communications and Investor Relations Head, Ridy Sudarma (kanan). Foto: Tivan Rahmat
Lending Center Division Head, Hendra Setiawan (kiri) dan Corporate Communications and Investor Relations Head, Ridy Sudarma (kanan). Foto: Tivan Rahmat

Jakarta, GayaTekno.id – Bank Sampoerna memperkirakan bahwa dampak Pemilu 2024 bagi perusahaan akan berbeda ketimbang pesta demokrasi terdahulu.

Pada Pemilu edisi sebelumnya, laju pertumbuhan kredit perbankan kerap tertahan lantaran hajatan politik lima tahunan tersebut. Namun untuk tahun depan diprediksi tidak akan mengakibatkan dampak serupa.

Selain disebabkan low base effect, nasabah Bank Sampoerna yang didominasi pebisnis UMKM (60 persen) cenderung akan beroperasi seperti biasa.

“Biasanya setahun sebelum Pemilu kredit perbankan cenderung melambat. Tapi dari data internal kami per kuartal III 2023, kredit Bank Sampoerna justru tumbuh, sekitar 23,1 persen menjadi Rp 11,3 triliun. 60 persennya atau sekitar Rp 6,8 triliun berasal dari kredit UMKM,” ujar Corporate Communication and Investor Relations Head Bank Sampoerna, Ridy Sudarma, saat berdiskusi dengan awak media di Jakarta pada Selasa (28/11/2023).

Rody menambahkan, UMKM cukup pede mengarungi tahun 2024 sebab telah melewati titik terendah usaha mereka saat pandemi Covid-19. Ringkasnya, efek yang ditimbulkan Pemilu 2024 tidak akan serta merta melumpuhkan bisnis UMKM layaknya pandemi lalu.

Pun begitu jika dihitung secara matematik, kredit perbankan lumrahnya mengalami pertumbuhan (minimal) 2-3 kali pertumbuhan ekonomi. Ini berarti, jika pertumbuhan ekonomi RI tahun 2023 saja sekitar 5 persen, kredit perbankan bisa meroket hingga 10-15 persen.

Pada kesempatan yang sama, Lending Center Division Head Bank Sampoerna, Hendra Setiawan menguraikan alasan pihaknya tetap percaya diri mengembangkan bisnis perusahaan di ‘tahun politik’.

Seiring dengan jumlah nasabah UMKM yang terus tumbuh, kata Hendra, Bank Sampoerna akan terus menggenjot credit assasement untuk menjaga siklus perputaran uang.

Hal ini juga didukung catatan rasio Non Performing Loan (NPL) bruto Bank Sampoerna hingga September 2023 yang berada di level 3,6 persen dengan NPL neto sebesar 1,9 persen atau meningkat dari tahun sebelumnya (YoY) di level 2,80 persen (NPL bruto) dan NPL neto di level 1,20 persen saja.

Maka dari itu, cukup logis apabila perusahaan menargetkan NPL secara bruto masih di bawah 4% hingga akhir tahun 2023.

“Jadi nasabah UMKM kita kan sudah puluhan ribu. Kebanyakan (dari sektor) perdagangan, manufaktur, dan jasa, sehingga kami akan terus meningkatkan credit assasement. Kami juga sudah punya 30-40 partner operasional maupun penyaluran kredit,” sambung Hendra.

Maksimalkan Teknologi

Meski hanya memiliki 21 kantor cabang di seluruh Indonesia, bukan berarti penyaluran dana Bank Sampoerna kepada UMKM tersendat.

Ridy menjelaskan, Bank Sampoerna juga memiliki layanan finansial berbasis teknologi (fintech), salah satunya lewat website PDaja.com.

PDaja.com merupakan platform digital besutan Bank Sampoerna yang memberikan layanan pinjaman multiguna dengan menggunakan jaminan berupa rumah, ruko, gudang atau apartemen.

Satu hal menarik dari platform ini adalah keberadaan layanan Expro, solusi pinjaman multiguna untuk individu yang ahli di bidang tertentu, termasuk Content Creator, Influencer, dan pekerjaan kreatif lainnya.

“Agar tidak dianggap sebagai pinjol (pinjaman online) pada umumnya, kami tetap memerlukan jaminan kepada nasabah Expro. Ini juga buat kebaikan kedua belah pihak,” tambah Ridy.

Selain membuat platform sendiri, Bank Sampoerna juga bermitra dengan perusahaan fintech P2P produktif maupun konsumtif, plus menggaet agregator seperti CekAja dan Cermati untuk menarik calon nasabah ke Bank Sampoerna.

Tivan Rahmat
The advance of technology is based on making it fit in so that you don't really even notice it, so it's part of everyday life