Review Film Sakra, Brutal dan Maksa Banget!

Review film Sakra

Jakarta, GayaTekno.id – Dalam rangka menyambut Imlek, bioskop di Tanah Air kedatangan beberapa film Mandarin terbaru, salah satunya adalah Sakra.

Kala pertama kali melihat poster film Sakra yang menampilkan Donnie Yen, ekspektasi terhadap film ini terbilang besar. Apalagi, aktor yang kondang lewat perannya dalam trilogi Ip Man itu juga bertindak sebagai sutradara film Sakra.

Namun, apakah ekspektasi kami benar-benar terwujud? Temukan jawabannya dalam review film Sakra berikut ini.

Sinopsis

Sinopsis film Sakra berfokus pada kehidupan Qiao Feng (Donnie Yen), ketua geng pengemis terbesar di Tiongkok yang terpaksa menanggalkan jabatannya akibat fitnah dan pengkhianatan dari kaumnya sendiri.

Mulanya, ia tak mau ambil pusing dan memutuskan untuk kembali ke rumah orang tua angkat yang telah membesarkannya. Alih-alih hidup tenteram bersama keluarga, Qiao Feng justru mendapati kedua orang tuanya sudah tidak bernyawa dan sialnya, ia kembali difitnah telah membunuh orang tuanya sendiri.

Bak sudah jatuh tertimpa tangga, nasib malang terus menghampiri perjalanan Qiao Feng, sampai akhirnya memutuskan untuk menyelidiki dan mengungkap siapa dalang dibalik petaka beruntun yang dialaminya.

Pencarian dimulai dengan mengujungi perguruan Shaolin, tempat ia menimba ilmu bela diri. Sialnya, kepala biksu di tempat tersebut terlebih dahulu dihabisi oleh sosok misterus, tepat sesaat sebelum Qiao Feng datang ke tempat tersebut.

Akibatnya, ia kembali dituduh menghabisi sang biksu yang telah mengajari dirinya seni bela diri. Meski ditimpa kesialan di tempat tersebut, ia dipertemukan dengan A Zhu (Chen Yuqi), seorang budak yang tengah mencari asal usul orang tua kandungnya.

Sadar punya kesamaan nasib, dua sejoli ini bahu membahu mengungkap jati diri Qiao Feng sekaligus menemukan otak dibalik kesialan yang terus menimpanya.

Ulasan

Sekira 30 menit awal pemutaran film, banyak poin penting yang menimbulkan tanda tanya besar yang menyamarkan sosok mana lawan dan mana kawan.

Beberapa laga pembuka juga cukup asyik dilihat, meski koreografi yang ditampilkan terbilang brutal. Sebagai seorang sutradara yang sudah terbiasa bermain dalam film aksi, Donnie Yen sepertinya hafal betul cara untuk membuat penonton terpukau.

Belum lagi ditambah dengan adegan berdarah-darah yang tak sungkan memperlihatkan potongan bagian tubuh manusia, penonton penyuka film genre gore pasti berjingkrak kegirangan.

Sayangnya, semakin lama durasi film berputar, semakin banyak pula kebodohan yang tersirat dalam film ini. Misalnya saja dengan berbagai adegan ‘kebetulan’ yang terjadi sepanjang film ini yang membuat kami jenuh karena alur cerita semakin tidak logis.

Dugaan kami, sang sutradara sepertinya punya banyak ide dan konsep yang dihadirkan demi membuat plot twist yang bisa membuat penonton bersorak dan memanen pujian.

Apalagi, film Sakra merupakan adaptasi dari novel best seller karya Jin Yong. Terbayang bukan, banyaknya alur cerita yang harus divisualisasikan ke dalam film.

Akan tetapi, dengan keterbatasan durasi, yakni sekitar 2 jam 12 menit, kepingan-kepingan ide tersebut terpaksa dimasukkan seluruhnya ke dalam film dengan satu formula yang sama: Kebetulan.

Alhasil, 90 menit terakhir film Sakra dipenuhi dengan kebosanan. Bosan melihat banyaknya adegan kebetulan dalam alur cerita film Sakra, plus ditambah dengan keabsurdan karakter Qiao Feng yang terlalu OP (Over Power) karena bisa menghadapi ratusan orang sendirian, dan masih bertahan hidup. Konyol sekali, bukan?

Satu lagi kekecewaan juga ditunjukkan pada adegan post-credit yang mengisyaratkan film Sakra bakal memiliki sekuel. Seandainya formula yang sama diterapkan, rasanya lebih baik menonton sinetron kolosal di televisi Indonesia.

Tivan Rahmat
The advance of technology is based on making it fit in so that you don't really even notice it, so it's part of everyday life