Mirae Asset Optimis Reksadana Capai Target 1.000 Triliun

Mirae Asset reksadana

Jakarta, GayaTekno.id – PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia optimistis industri reksadana di pasar modal akan tumbuh pesat sehingga dana kelolaannya dapat tumbuh menjadi Rp 1.000 triliun dalam 3 tahun ke depan, bahkan lebih cepat lagi.

M. Arief Maulana, Head of Wealth Management Mirae Asset, mengatakan ada dua faktor utama pendorong pertumbuhan industri reksa dana.

Pertama adalah inovasi teknologi informasi (information technology/IT) dari pelaku pasar modal dengan bertumbuhnya industri fintech dan kedua kondisi masyarakat yang semakin melek teknologi selepas pandemi.

“Dengan inovasi IT, kami meyakini target industri reksa dana Rp 1.000 triliun pada 2027 akan mudah tercapai, bahkan bisa lebih cepat lagi,” ujar Arief dalam Media Day by Mirae Asset pada Kamis (9/2/2023).

Sementara itu, data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan dana kelolaan industri reksa dana Rp 504 triliun tahun lalu, berasal dari 2.120 produk reksa dana yang dikelola 96 manajer investasi sejak reksadana pertama di Indonesia terbit pada 1995. OJK menargetkan dana kelolaan itu tumbuh menjadi Rp 1.000 triliun pada 2027.

Salah satu pendukung pertumbuhan industri reksadana adalah agen penjual, di mana Mirae Asset adalah salah satu Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD) berlisensi OJK yang memasarkan reksadana terpilih dari sekitar 30 manajer investasi rekanan.

Arief menambahkan bahwa Mirae Asset optimistis asset under administration (AUA) reksa dananya tumbuh lebih cepat daripada pertumbuhan industri yang mencatatkan pertumbuhan majemuk tahunan (CAGR) 10% dalam 10 tahun terakhir. Tahun lalu, AUA Mirae Asset tumbuh 100% dari Rp 500 miliar menjadi Rp 1 triliun.

“Tahun ini kami optimistis pertumbuhan AUA dapat dua kali lebih tinggi dari pertumbuhan tahunan industri mengingat dana kelolaan industri reksadana justru turun tahun lalu. Kami meyakini pertumbuhan tersebut dapat tercapai karena dukungan dua keunggulan, yaitu segmen ritel dan inovasi digital Mirae Asset,” ujar Arief.

Dia menjelaskan bahwa dukungan dari inovasi digital Mirae Asset memungkinkan tersedianya aplikasi NAVI untuk investor ritel dan NAVI Corporate melalui situs https://fundcorporate.miraeasset.co.id/ untuk investor korporasi dan institusi.

Dalam kondisi ekonomi seperti sekarang, dia juga menyarankan investor untuk menggunakan strategi alokasi aset (asset allocation) menghadapi masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan, baik nasabah retail maupun korporasi.

Salah satu tujuan menggunakan strategi asset allocation adalah membagi investasi ke dalam beberapa instrumen yang berbeda sehingga mendapatkan manfaat diversifikasi risiko yang lebih baik. Salah satu instrumen yang lebih stabil ketika ekonomi global sedang berada pada tren pengetatan kebijakan moneter adalah reksadana pasar uang.

Arief mengatakan keunggulan reksa dana pasar uang dibanding instrumen pasar uang lain adalah adanya insentif pajak, tidak ada fee beli-jual, portofolio yang terdiversifikasi, likuid karena penarikan dana bisa setiap waktu, dan nilai minimal investasi yang rendah. Di dalam reksadana pasar uang, ada instrumen tabungan, deposito, dan efek utang bertenor kurang dari 1 tahun.

Untuk nasabah korporasi dan institusi, lanjutnya, Mirae Asset memiliki NAVI Corporate sebagai solusi manajemen keuangan (cash management) dengan fitur-fitur unggulan.

Fitur tersebut seperti pembukaan akun online (online opening account), pembelian online (online subscription), layanan micro webinar, market update rutin dari tim riset, dan pendampingan oleh relationship manager yang didukung mutual fund counsellor.

“Saat ini kami sangat sarankan investor korporasi dan institusi agar melakukan asset allocation sebagian besar portofolionya ke dalam reksadana pasar uang,” imbuh Arief.

Terkait kondisi ekonomi saat ini, Nafan Aji Gusta selaku Senior Investment Information Mirae Asset menilai bahwa inflasi global dan nasional dapat terjaga sehingga baik The Fed di AS maupun Bank Indonesia menunjukkan sinyal bahwa penaikan suku bunga akan lebih ditahan.

Dengan iklim yang lebih kondusif itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mulai stabil menguat sejak awal tahun diprediksi akan melanjutkan penguatan.

“Secara teknikal, indikator stochastic dan RSI yang masih positif membuat prediksi IHSG akan konsolidasi bullish dengan rentang pergerakan 6.816-7.000 untuk Februari. Dari 6 sektor yang masih underperform indeks, sektor yang memiliki potensi terbesar untuk outperform IHSG yaitu keuangan dan barang konsumsi cyclical,” papar Nafan.

Pada kesempatan yang sama, Robertus Hardy, Senior Research Analyst Mirae Asset, mengatakan kondisi ekonomi tahun ini masih akan positif bagi sektor otomotif dan telekomunikasi dibanding sektor lain.

Untuk sektor telekomunikasi, lanjutnya, belanja komunikasi dan data masyarakat akan bertumbuh pada tahun pemilu dan masa persiapannya seperti sekarang, dengan pilihan utama TLKM (Trading Buy, TP Rp 4.500).

“Untuk sektor otomotif, tahun politik biasanya akan memicu peningkatan mobilisasi masyarakat, ditambah potensi adanya insentif rencana pemberian subsidi dari pemerintah bagi motor dan mobil listrik yang membuat kami optimis sektor tersebut dapat menjadi pilihan di tengah tahun politik dan ancaman inflasi,” pungkasnya.